Tugas Merangkum
MODEL PENGELOLAAN DAN
PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
UNIT 2

Oleh:
Kelompok V
Arifatul Hidayah (A1B3 13 118)
Muhamad Alamsyah Rahim (A1B3 13 119)
Satriwan Fitri Setiawan (A1B3 13 094)
Marseilan (A1B3 13 081)
Pardiyanto (A1B3 13 120)
Cyndi
Riski Aulia S. (A1B3 13 121)
KELAS
IIIC
PROGRAM STUDI PGSD-S1
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
MODEL PENGELOLAAN DAN
PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Pada pembahasan ini kita akan
mempelajari model-model pengelolaan PKR dan metode pembelajaran dalam PKR.
Setelah kita mempelajari materi pembelajaran ini diharap kita mempunyai
kemampuan untuk dapat:
1.
Menjelaskan
prinsip dan model pengelolaan PKR
2.
Membandingkan
berbagai model pengelolaan PKR di SD
3.
Menjelaskan
prinsip dedaktik metodik PKR
4.
Menerapkan
prosedur dasar PKR
5.
Menerapkan
berbagai model interaksi kelas dalam PKR
Menguasai kemampuan pembelajaran dalam
PKR penting bagi setiap guru kelas, baik yang selalu mengajar kelas rangkap di
SD kecil maupun sewaktu-waktu harus mengajar kelas rangkap karena ada guru lain
yang terpaksa tidak hadir mengajar. Apabila kita tampil dengan mantap maka,
murid kitapun akan merasa senang untuk belajar karena suasana kelas lebih
menarik, menantang dan menyenangkan.
Agar kita dapat tampil sebagai guru PKR
yang mantap, dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan
model pengelolaan dan pembelajaran kelas rangkap sebagai berikut:
1.
Prinsip
dan model pengelolaan PKR
2.
Prinsip
didaktik-metodik dan prosedur dasar PKR
3.
Model
interaksi kelas dalam PKR.
A. PRINSIP
DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Rumusan
singkat mengenai ciri-ciri utama Pembelajran Kelas Rangkap sebagai
berikut.
Pembelajran Kelas Rangkap (PKR) adalah
:
·
Seorang
guru
·
Menghadapi
dua kelas atau lebih, atau satu kelas dengan dua atau beberapa kelompok murid
yang berbeda kemampuan.
·
Untuk
membimbing belajar dalam satu mata pelajaran atau lebih, atau beberapa topik
berbeda dalam satu mata pelajaran.
·
Dalam
satu atau lebih dalam satu ruangan.
·
Pada
jam pelajaran yang bersamaan.
Pada sub unit 2 ini akan dipelajari 3
model pembelajaran kelas rangkap dan pengelolaannya sebagai berikut.
1.
Model
PKR 221 : dua kelas, dua mata
pelajaran, satu ruangan.
2.
Model
PKR 222 : dua kelas, dua mata
pelajaran, dua ruangan.
3.
Model
PKR 333 : tiga kelas, tiga mata
pelajaran, tiga ruangan.
1.
Model PKR 221
Pada
model PKR 221 ini, seorang guru mengajar dua kelas misalkan kelas 5 dan kelas
6, dengan dua mata pelajaran IPS dan IPA, dalam suatu ruangan.
Langkah-langkah
pembelajaran pada model ini, dapat diperhatikan matriks berikut ini.
Kegiatan/waktu
|
Kelas
V (IPS)
|
Kelas
VI (IPA)
|
1.
Pendahuluan
(10*)
|
Pengantar
dua pengarahan dalam satu ruangan: penjelaskaan scenario dan hasil belajar
|
|
2.
Kegiatan
inti 1 (20*)
|
Tugas
individual
|
Kerja
kelompok
|
3.
Kegiatan
inti 2 (20*)
|
Kerja
kelompok
|
Ceramah
Tanya jawab
|
4.
Kegiatan
inti 3 (20*)
|
Ceramah,
kerja keompok
|
Diskusi,
Tanya jawab
|
5.
Penutup
(10*)
|
Review,
penatan, komentar dan tindak lanjut. Persiapan kegiatan belajar berikutnya
|
Dengan menerapkan model PKR ini,
ikutilah petunjuk sebagai berikut.
a.
Pada
kegiatan pendahuluan, lebih kurang 10 menit pertama, guru memberikan pengantar
dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis di bagi dua.
Tuliskan topic dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas 5 dan kelas 6. Ikut
langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan di tempuh selama pertemuan.
b.
Pada
bagian inti 1,2,3, lebih kurang 60 menit, terapkan aneka metode yang sesuai
dengan tujuan untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan berlangsung adakan
pemantapan, bimbingan, balikan sesuai dengan keperluan. Gunakan keterampilan
dasar yang sesuai.
c.
Pada
kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir, berdirilah di depan kelas
menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviuw atas materi dan kegiatan yang
baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Kemudian berikan
tindak lanjut berupa beberapa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan
berikutnya atau mungkin untuk hari berikutnya.
2.
Modul PKR 222
Pada
model pembelajaran kelas rangkap 222, guru menghadapi dua kelas. Misalnya kelas
5 dan kelas 6, untuk mengajar matematika di kelas 5 dan IPA di kelas 6. Topik
yang di ajarkan tidak memiliki saling keterkaitan. Proses berlangsung dalam dua
ruangan berdekatan yang berhubungan dengan pintu. Langkah-langkah pembelajaran
dapat diperhatikan matrik berikut ini.
Kegiatan/waktu
|
Kelas
V (matematika)
|
Kelas
VI (IPA)
|
1.
Pendahuluan
(10’)
|
Pengantar
dan pengarahan umum diberikan secara bersama dalam dua ruangan yang
berhubungan, penjelasan scenario dan hasil belajar.
|
|
2.
Kegiatan
inti 1(15’)
|
Penjelasan
guru
|
Kegiatan
individual
|
3.
Kegiatan
inti 2(15’)
|
Tanya
jawab
|
Kegiatan
individual
|
4.
Kegiatan
inti 3(15’)
|
Kerja
individual
|
Tanya
jawab
|
5.
Kegiatan
inti 4(15’)
|
Kerja
individual
|
Tanya
jawab
|
6.
Penutup
(10’)
|
Reviuw
umum, pergantian, penguatan, tindak lanjut, tugas. Pengantar jam pelajaran
berikutnya.
|
Untuk menerapkan model ini kita perlu
mngikuti pentunjuk sebagai berikut.
a.
Pada
kegiatan pandahuluan lebih kurang 10 menit pertama, satukan murid kelas V dan
kelas VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar
dan pengarahan umum seperti yang kita lakukan pada model PKR 221. Bila tidak
mungkin menyatukan murid dalam satu ruangan, gunakan halaman atau teras, dan
bila tidak mungkin lagi murid tetap diruang masing-masing tetapi guru berada di
depan pintu yang menghubungkan antara dua kelas.
b.
Pada
kegiatan inti lebi kurang 60 menit berikutnya, tetapkan aneka metode yang
sesuai untuk masing-masing kelas. Yang perlu di perhatikan adalah jangan sampai
pada saat kita sedang menghadapi kelas yang satu, kelas yang lain tidak ada
kegiatan sehingga murid ribut. Atur kepindahan kita sebagai guru dari ruang ke
ruang secara seimbang, artinya jangan banyak menggunakan waktu di satu ruang.
Ada saat dimana kita harus di pintu penghubung.
c.
Pada
kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir berdirilah di pintu penghubung
menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review umum mengenai materi dan
kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai dengan
keperluan. Setelah itu, berikan tindak lanjut berupa tugas untuk masing-masing
kelas, kemudian persiapan untuk jam pelajaran.
d.
Sebaiknya,
untuk menerapkan model PKR 222 ini, aturlah tempat duduk murid sedemikian rupa
sehingga pandangan murid mengarah kedepan dan kearah pintu penghubung.
3.
Mdel PKR 333
Pada
model pembelajaran kelas rangkap 333 guru menghadapi tiga kelas untuk
mengajarkan tiga mata pelajaran. Misalnya kelas 4 dengan mata pelajaran
matematika, kelas 5 dengan mata pelajaran
IPS, dan kelas 6 dengan mata pelajaran IPA dalam 3 ruangan. Untuk
memahami langkah-langkah pembelajaran perhatikan matrik berikut ini.
Kegiatan/waktu
|
Kelas
IV (Mat)
|
Kelas
V(IPS)
|
Kelas
VI (IPA)
|
Pendahuluan
(10’)
|
Pengantar
dan pengarahan umum diberikan secara bersama-sama di salah satu ruangan.
Penjelasan scenario dan hasil belajar yang ingin dicapai.
|
||
Kegiatan
inti 1. 20’
|
Tugas
individual
|
Kerja
kelompok
|
Ceramah
dan Tanya jawab
|
Kegiatan
inti 2. 20’
|
Ceramah
dan Tanya jawab
|
Tugas
individual
|
Kerja
kelompok
|
Kegiatan
inti 3. 20’
|
Kerja
kelompok
|
Ceramah
dan Tanya jawab
|
Tugas
individual
|
Penutup
20’
|
Review
penguatan atau komentar dan tindak lanjut. Persiapan kegiatan belajar
berikutnya.
|
Untuk menerapkan model ini, kita perlu
mengikuti petunjuk berikut ini.
a.
Pada
kegiatan lebih kurang 10 menit pertama, kumpulkan semua murid kelas 4, 5, dan 6
dalam satu ruangan yang cukup. Berikan pengantar dan pengarahan umum. Bila
tidak mungkin menyatukan murid dalam satu ruangan, dapat mencari tempat di luar
ruangan misalnya di halaman sekolah atau taman sambil berdiri atau duduk.
Berikan pengantar atau pengarahan yang berisi prosedur kegiatan belajar yang
akan dilakukan oleh semua murid.
b.
Pada
kegiatan ini lebih kurang 60 menit, terapkan berbagai metode yang cocok dengan
memanfaatkan sumber belajara yang tersedia. Penggunaan lembar kerja murid
sangat di anjurkan terutama pada kegiatan belajar murid yang bersifat mandiri.
Dengan demikian kegiatan belajar murid tidak banyak tergantung pada kehadiran
guru di muka kelas atau tempat belajar. Tingkatkan kadar kemandirin belajar
murid. Proses saling membimbing antar tutor sangat di anjurkan. Guru selalu
memanfaatkan kegiatan murid dan untuk ini guru berada diantara masing-masing
kelompok.
c.
Pada
kegiata penutup lebih kurang 10 menit terakhir, guru harus berada diantara
masing-masing kelompok atau kelas untuk mengadakan review umum tentang kegiatan
belajar yang telah dilakukan murid. Berikan komentar dan penguatan sesuai
keperluan. Selanjutnya berikan tindak lanjut berupa tugas kepada masing-masing
kelas. Kemukakan hal-hal yang perlu di persiapkan untuk pembelajaran
berikutnya.
d.
Model
PKR 333 ini memang agak rumit dalam pengelolahannya. Maka kita harus memiliki
gaya gerak pedagogis yang tinggi. Keunggulan metode ini adalah terletak pada
intensitas kemandirian belajar setiap kelas dan terbebas dari situasi belajar
kelas lainnya.
B.
PRINSIP DIDAKTIK-METODIK DAN PROSEDUR
DASAR PKR
Didaktik berasal dari bahasa latin
didasco/didascein yang berarti saya mengajar, kemudian secara popular diartikan
sebagai ilmu mengajar atau pengetahuan tentang bagaimana mengajar. Metodik juga
berasal dari bahasa latin yang artinya metodos atau jalan ke, dan secara
popular diartikan sebagai cara atau strategi mengajar.
Cara atau strategi mengajar pada
dasarnya berkenan dengan penataan urutan kegiatan pembelajaran. Secara
operasional dapat dirinci menjadi bagaimana membuka pembelajaran, mengisi kegiatan
inti pembelajaran dan mengakhiri pembelajaran. Nah itulah hakekat dari metodik.
Sementara itu ilmu mengajar atau dedaktik berkenaan dengan bagaimana menerapkan
teori dan konsep psikologis, sosiologis, komunikasi dan dari ilmu lain yang
sesuai dalam upaya membimbing dan menciptakan situasi belajar. Jadi, didaktik
sebenarnya merupakan ilmu terapan atau ilmu pendidikan praktis.
Dengan menggunakan konsep didaktik dan
metodik seperti di uraikan, maka yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
didaktik-metodik dan prosedur dasar pembelajaran kelas rangkap dalam unit ini
adalah:
1.
Konsep-konsep
pembelajaran yang relevan dan perlu diterapkan dalam PKR sehingga membentuk
suatu system.
2.
Keterampilan
procedural pembelajaran, khususnya berkenaan dengan membuka dan menutup pembelajaran,
mendorong belajar aktif dan belajar mandiri, dan mengelolah kelas PKR.
1.
Membuka dan Menutup Pembelajaran
Sebagai
seorang guru, kita tidak asing lagi dengan kegiatan membuka dan mengakhiri
pembelajaran. Karena kedua kegiatan itu dilakukan setiap kali mengajar. Namun
setiap gur mempunyai kebiasaan atau cara yang berbeda dengan gur lainnya.
Mengapa demikian? Mengajar memiliki sisi keilmuan dan sisi kiat atau seni. Dan
yang membedakan perilaku mengajar guru adalah dalam hal seni atau kiatnya.seni
atau kiatnya itu berkenaan dengan bagaimana guru menciptakan interaksi belajar
mengajar yang berhasil, menarik dan menyenangkan. Sedangkan dari sisi keilmuan
berkenaan dengan penalaran guru apa, mengapa, dan bagaimana membelajarkan
murid. Dimana hal ini mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta
intelektual guru yang memadai.
Baiklah!
Mari kita mengkaji bagaimana membuka dan mengakhiri pelajaran dalam situasi
pembelajaran kelas rangkap (PKR)
a. Membuka
Pelajaran
Dalam membuka pelajaran ada empat hal
pokok yang harus dilakukan oleh guru yaitu:
1)
Menarik
perhatian murid
2)
Menimbulkan
motivasi belajar
3)
Memberi
acuan belajar
4)
Membuat
kajian materi
Pahamilah
dan hayati dangan baik keempat pokok tersebut akan kita bahas satu demi satu
sebagai berikut.
1) Menarik
Perhatian Murid
Mengajar
murid dalam PKR memerlukan perhatian khusus, Karena kita akan berhadapan dengan
kelompok murid lebih dari satu kelas pada saat bersamaan. Pada awal pelajaran
sebaiknya semua kelas menjadi satu. Gunakan ruangan yang cukup atau diluar
kelas. Bila PKR dilaksanakan dalam satu ruangan, setelah pembukaan kita tinggal
meneruskan mengatur penempatan murid tiap kelas dalam ruangan itu. Tetapi bila
PKR dilaksanakan lebih dari satu ruangan, maka setelah pembukaan murid dapat
menuju ruangan kelasnya masing-masing untuk meneruskan pelajaran. Sedapat
mungkin hindari melakukan pembukaan pelajaran secara bergilir, sebab hal ini
dapat mengakibatkan waktu tunggu dikelas-kelas berikutnya. Dan bila hal itu
terjadi maka waktu belajar murid diruang lain menjadi berkurang.
Ada berbagai cara untuk membuka
pelajaran dapat kita lakukan antara lain dengan:
-
Memperlihatkan
benda, alat, gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran.
-
Memberikan
salam dan aba-aba perhatian
-
Membunyikan
sesuatu misalnya peluit.
Semua
itu dilakukan untuk menarik perhatian murid agar memperhatikan guru. Dapatkah
anda menyebutkan cara-cara lain menurut pengalaman anda untuk menarik perhatian
murid. Ingatlah menarik perhatian merupakan langkah pertama dalam membuka pelajaran,
dan banyak cara yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian murid.
2) Minimbulkan
motivasi
Motivasi
belajar sangat penting dimiliki oleh setiap murid dalam belajar. Bagaimanapun
guru dapat mendorong murid untuk mampu dan terbiasa dalam belajar juga sangat
penting. Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri murid
dan dari luar diri murid untuk mengalami perubahan perilaku dalam bentuk
pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Motivasi yang berasal dari diri
murid tersebut motivasi instrinsic, misalnya kemauan, kebutuhan, semangat, rasa
senang dan sebagainya. Motivasi yang berasal dari luar diri murid disebut
motivasi ekstrinsik, mislanya guru dan apa saja yang dibuat guru untuk membuat
murid mau, mampu dan bias belajar, bahkan lingkungan belajar, kelas, bahan,
sumber belajar dan sebagainya. Motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik harus
ditimbulkan secara terpadu.
Dengan
demikian kedua motivasi tersebut menjadikan energy atau daya yang dapat
menggerakkan murid untuk belajar, yaitu mengalami perubahan perilaku. Ada empat
cara yang dapat dilakukan guru PKR dalam menimbulkan motivasi yaitu:
a)
Kehangatan
Dan Semangat
Kehangatan
seorang guru terhadap muridnya nampak pada penampilannya yang ceria dan
bersahabat, tidak angker dan tidak menakutkan. Ada perhatian yang penuh dengan
kesungguhan dan ketulusan, tidak memberi kesan asal-asalan dan tidak terpaksa.
Semangat
atau keantusiasan guru dalam menghadapi muridnya nampak dari bagaimana santun
bahasanya yang akrab. Bersemangat atau ada gairah dalam melakukan tugasnya
sebagai guru.
b)
Menimbulkan
Rasa Ingin Tahu
Rasa
ingin tahu murid tampak dari adanya perhatian murid pada saat guru berbicara
atau bertanya terhadap materi dan kaitan materi yang sedang dipelajari. Untuk
dapat menimbulkan rasa ingin tahu guru harus berfikir dan berbicara secara
logis dan sistematis. Misalnya, bila guru akan mengajarkan konsep makanan yang
bergizi, maka murid akan bertanya pada murid sebagai berikut “ anak-anak
dapatkah kamu menyebutkan makanan yang kita makan sehari-hari?” apa lagi? Siapa yang dapat menyebutkan! Apa
yang kalian sebutkan banyak yang benar. Mari kita lihat sekarang tentang
cirri-ciri makanan bergizi.
c)
Mengemukakan
Ide Yang Bertentangan
Ide
atau pendapat yang bertentangan dapat menimbulkan disonansi kognitif yaitu
situasi dalam pikiran seseorang yang penuh pertanyaan. Dan pada gilirannya yang
bertentangan guru dapat menyajikan suatu kasus atau cerita bermasalah. Kasus
itu dapat berupa kejadian yang sesungguhnya. Misalnya diambil dari berita
disurat kabar.
d)
Memperhatikan
Minat Siswa
Minat
dapat diartikan sebagai rasa tertarik pada sesuatu. Minat seseorang biasanya
nampak dari perhatian dan kebiasaan. Minat seseorang dapat terpusat pada
sesuatu hal yang dirasakan member kepuasan batin atau tuntunan. Setiap orang
memiliki minat yang berbeda dari orang lain. Baik dalam jenis maupun kadarnya.
Minat juga berkaitan dengan kebutuhan. Misalnya seseorang yang memiliki
kebutuhan rasa aman, biasanya ia punya minat pada olahraga beladiri. Oleh
karena itu hendaknya guru dapat memperhatikan minat murid, motivasi harus
dikaitkan pada fariasi minat murid.
3) Memberi
Acuan Belajar
Ada beberapa cara dalam memberikan
acuan yaitu:
a) Mengemukakan
tujuan dan batas-batas tugas
Tujuan
merupakan gambaran perilaku yang di harapkan terbentuk setelah proses
pembelajaran. Pada awal pembelajaran guru harus mengemukakan tujuan pembelajaran,
hal ini penting agar dapat memberi arah pada proses belajar. Dalam PKR, tujuan
pasti bersifat multi level dan multi dimensional. Tujuan belajar untuk kelas
IV, V, VI dalam PKR pasti memiliki tujuan yang beraneka dalam tingkat kelas
maupun bidangnya.
Sebagai
contoh tujuan yang berrsifat multi level dan multi dimensional adalah: Kelas IV
dan kelas V belajar IPS dengan topic kekayaan alam. Tujuan yang diharapkan bagi
murid kelas IV adalah murid dapat mengidentifikasi sumberdaya alam. Sedang
untuk kelas V murid dapat member contoh pemanfaatan sumber daya alam. Kelas VI
akan belajar PPKN dengan tujuan agar murid dapat memecahkan kasus pencemaran
lingkungan dari sudut hokum.
Batas
tugas merupakan garis batas yang dapat dipakai pedoman oleh murid seberapa jauh
mereka harus melakukan tugas atau pengalaman belajar. Batas tugas secara
konseptual tampak dalam tujuan dan prosedur kegiatan belajar yang akan dilalui.
Baik batas tugas maupun tujuan sebaiknya dikemukakan pada awal pelajaran
sebagai acuan bagi murid dan juga bagi guru dalam menjalani proses pembelajaran
pada tahap kegiatan yang akan berlangsung.
b) Langkah-langkah
yang akan ditempuh
Langkah-langkah
yang akan ditempuh sering disebut strategi instruksional. Langkah-langkah
tersebut berisi urutan kegiatan yang dirancang oleh guru dalam mencapai tujuan
belajar. Dalam PKR 321, harus dikemukakan dengan jelas urutan kegiatan yang
harus dilakaukan oleh masing-masing kelas IV, V dan VI. Dengan demikian pada
masing-masing kelas itu akan dapat memperoleh pengalaman belajar yang
sistematis dan terancang untuk mencapai tujuan dengan baik.
c) Mengikatkan
masalah pokok yang akan dibahas
Pada
setiap tahap kegiatan pembelajaran harus ditemukan apa yang menjadi masalah
pokok sebagai pusat preses perhatian belajar. Masalah pokok biasanya berupa
konsep yang akan dibahas. Dan masalah pokok perlu dikemukakan pada awal
pelajaran.
d) Mengajukan
Pertanyaan
Pada
awal pelajaran guru dapat mengajukan pertanyaan. Maksudnya sebagai pemandu awal
yang berfungsi member acuan bagi murid dalam belajar. Pertanyaan pemicu dapat
dikaitkan dengan benda, peristiwa, gambar yang digunakan guru untuk menarik
perhatian murid. Pertanyaan pemicu dapat disusun mulai dari pertanyaan
sederhana misalnya apa, dimana, tahun berapa, sampai pertanyaan yang lebih
rumit misalnya mengapa, bagaimana, apa akibatnya dan sebagainya.
4) Membuat
Kaitan Materi
Membuat
kaitan meteri pada awal pelajaran sangat penting karena akan menghubungkan
pengalaman lama dangan pengalaman baru. Bila pengalaman lama dengan pengalaman baru
dapat dihubungkan dengan pengalaman baru maka proses belajar akan berlangsung
lebih bermakna. Membangun kaitan dengan memulai:
a)
Pertanyaan
apersepsi, yaitu pertanyaan mengenai bahan lama yang telah di pelajari
sebelumnya. Dari pertanyaan ini di harapkan dapat diperoleh jawaban yang
menggambarkan perilaku awal murid,yang berupa sikap, nilai, keterampilan yang
telah dikuasai sebelum memulai pelajaran baru.
b)
Merangkum
materi yang lalu dengan maksud untuk mematahkan apa saja yang telah dipelajari
murud.
Apabila
jawaban pertanyaan apersepsi dan rangkuman dipadukan, maka guru akan dapat
membaca bekal belajar murid sehingga materi baru dapat dikaitkan untuk
menghasilkan proses belajar yang bermakna. Bagi murid akan dapat melihat nilai
tambah apa yang diperoleh setelah mempelajari materi baru.
b. Menutup
Pelajaran
Menutup
pelajaran sama pentingnya dengan membuka pelajaran, walaupun berbeda tujuan dan
fungsinya. Untuk menutup pelajaran sebaiknya dilakukan secara bersama-sama
dimana semua murid kelas yang dirangkap hadir dalam satu ruangan atau satu
tempat.
Ada tiga kegiatan pokok yang harus
dilakukan guru dalam meutup pelajaran yaitu:
1) Meninjau
Kembali
Untuk
mengecek apakah pengalaman belajar murid sudah memenuhi tuntutan pedagogis
sebagaimana di syratkan dalam tujuan perlu ditinjau kembali. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan dengan cara merangkum atau membuat ringkasan. Rangkuman
sebaiknya dibuat guru dengan melibatkan murid. Dengan demikian murid dapat
memahami apa saja yang telah dipelajari dalam pembelajaran.
2) Mengadakan
Evaluasi Penguasaan Murid
Salah
satu indicator keberhasilan pembelajaran adalah tercapai tidaknya penguasaan
murid dengan tujuan yang digariskan. Untuk maksud tersebut guru perlu
mengadakan evaluasi formatif pada akhir
pelajaran. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a)
Mendemonstrasikan
keterampilan
b)
Menerapkan
ide baru pada situasi lain
c)
Mengemukakan
pendapat sendiri
d)
Memberikan
soal-soal secara tertulis
3) Memberikan
Tindak Lanjut
Tindak
lanjut berfungsi untuk menghubungkan materi dan pengalaman belajar baru dengan
pengalaman yang akan dating. Tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara member
pekerjaan rumah, merancang sesuatu, mengkomunikasikan sesuatu.
2.
Mendorong Belajar Aktif dan Membiasakan
Belajar Mandiri.
Pada
hakekatnya belajar itu dalam adanya perubahan. Perubahan berkenaan dengan
pengetahuan, nilai dan sikap, keterampilan dan kebiasaan belajar. Perubahan
pengetahuan melalui proses pemahaman, sedang nilai dan sikap melalui
penghayatan. Keterampilan berubah melalui proses latihan, sedang kebiasaan
belajar berubah melalui pembiasaan atau habituasi. Semua proses perubahan itu
terjadi dalam diri individu.
Dengan
demikian dalam proses belajar individuallah yang aktif, oleh karena itu proses
pembelajaran yang baik adalah proses yang memungkinkan murid belajar secara
mandiri. Belajar mandiri adalah proses memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap,
keterampilan dan kebiasaan belajar melalui pemanfaatan rangsangan dari luar
diri murid untuk membangkitkan kemampuan belajar secara optimal. Untuk dapat
menumbuhkan proses belajar mendiri perlu perlu diciptakan iklim belajar yang
baik, yang ditandai oleh adanya suasana hangat, menarik dan menyenangkan.
Ada beberapa alasan yang dapat kita
simak, mengapa belajar mandiri perlu digalakkan.
a.
Ada
bukti yang kuat bahwa individu yang berinisiatif dalam belajar dapat belajar
lebih banyak, dan lebih baik dari pada individu yang tergantung pada guru.
b.
Belajar
mandiri lebih sesuai dengan prose salami perkembangan mental individu.
c.
Perkembangan
baru dalam berbagai aspek pendidikan menampilkan murid sebagai pelajar yang
aktif (Knowles. 1975).
Untuk
dapat mengembangkan murid sebagai pelajar yang aktif, guru PKR perlu menguasai
beberapa keterampilan seperti berikut:
a. Membimbing
Diskusi Kelompok Kecil
Metode
pembelajaran yang paling potensial dalam PKR adalah metode diskusi atau kerja
kelompok, terutama kelompok kecil. Apalagi karena kelas PKR di SD kecil
sejumlah muridnya sedikit. Kelompok kecil dalam kelas PKR bisa dibentuk untuk
masing-masing kelas atau lintas kelas. Besar kelompok tergantung pada jumlah
murid, kelompok terkecil berjumlah 2 orang dan paling besar 5 orang.
Keterampilan
yang perlu dikuasai guru PKR dalam menata diskusi atau kerja kelompok kecil
adalah:
1)
Memusatkan
perhatian murid
2)
Memperjelas
masalah yang menjadi pusat perhatian
3)
Menganalisis
pendapat murid
4)
Memberi
kesempatan kepada murid untuk mengeluarkan pendapat
5)
Memeratakan
kesempatan untuk berbicara
6)
Memacu
proses berfikir murid
7)
Menutup
diskusi dengan laporan
b. Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan
Di SD
kecil, ada kalanya yang dihadapi hanya 1-2 orang dalam satu kelas, sehingga
dapat dirangkap dengan kelas lain yang jumlahnya lebih banyak meskipun tak
sebanyak kelas normal. Bahkan ada SD yang jumlah murid seluruhnya hanya 15-20 orang.
Ruangan yang digunakan hanya satu ruang dengan atau tanpa sekat. Untuk
menghadapi situasi semacam ini, guru PKR dituntut untuk menguasai keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Dalam
pengajaran kelompok kecil dan perorangan ada sejumlah peran guru yang perlu
dihayati yaitu guru sebagai:
1)
Penata
kegiatan belajar-mengajar
2)
Sumber
informasi bagi murid
3)
Pendorong
belajar siswa
4)
Penyedia
materi dan pembuka kesempatan belajar murid
5)
Pendiagnosis
kebutuhan belajar murid
6)
Member
kemudahan belajar sesuai kebutuhan murid
7)
Mitra
kerja dalam kegiatan belajar
Agar
dapat memainkan peran-peran tersebut diatas guru PKR perlu menguasai sejumlah
keterampilan sebagai berikut:
1)
Keterampilan
mengadakan pendekatan secara pribadi.
o
Tindakan
perhatian yang hangat
o
Dengarkan
pendapat murid
o
Berikan
respon yang positif
o
Ciptakan
hubungan saling percaya
o
Tunjukan
kesediaan membantu murid
o
Bersikaplah
terbuka terhadap perasaan murid
o
Kendalikan
situasi agar murid merasa aman
2)
Keterampilan
menata kegiatan belajar-mengajar
o
Adakan
pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar
o
Gunakan
fariasi kegiatan sesuai kebutuhan
o
Adakan
pengelompokan murid sesuai dengan tujuan
o
Jangan
lupa mengkoordinasikan aneka kegiatan yang berlangsung
o
Berikan
perhatian pada berbagai tugas yang diberikan
o
Usahakan
pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan
3)
Keterampilan
mengarahkan dan member kemudahan belajar
o
Berikan
penguatan terhadap perilaku murid yang baik
o
Bersikap
tanggap terhadap keadaan murid
o
Berikan
bantuan belajar sesuai kebutuhan untuk belajar lebih lanjut
o
Adakan
pemantapan terhadap kegiatan kelompok dan perorangan
c. Mengadakan
Variasi
Variasi
dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi murid serta mengurangi kejenuhan dan
kebosanan
Variasi
juga disebut keanekaragaman. Dalam pembelajaran, keanekaragaman menyangkut gaya
mengajar, media, sumber, dan pola interaksi serta kegiatan belajar-mengajar. Marilah
sekarang kita mengkaji ketiga jenis fariasi tersebut.
1) Variasi
Gaya Mengajar
Gaya
mengajar adalah pola penampilan guru dalam mengolah dan mengelolah rangsangan
belajar dan lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya dinamika proses
belajar murid. Dinamika proses belajar tercermin pada perhatian, semangat, dan
rasa senang, betah atau keasikan murid dalam mempelajari sesuatu.
Penampilan mengajar guru diwarnai oleh
keterampilam guru dalam:
a.
Bicara:
kecepatan, kejernihan, tekanan, volume dan kefasihan.
b.
Perhatian:
pemusatan perhatian murid, persebaran perhatian pada kegiatan murid secara
bersamaan.
c.
Kesenyapan:
berhenti bicara sebentar untuk mendapatkan ide.
d.
Kontak
pandang: semua murid mendapat tatapan hangat dari guru.
e.
Olah
gerak dan mimic: gerak fisik dan tampilan wajah.
f.
Alih
posisi: berdiri yang memungkinkan murid merasakan perhatian sama.
2) Variasi
Media Dan Sumber
Media
adalah alat dan behan yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan yang
dapat berupa ide, informasi, pendapat kapada murid. Media dapat berbentuk
visual (terlihat), audio(terdengar) dan teraba. Coba carilah contohnya!
Sumber
adalah benda, manusia, situasi yang berisikan/menghasilkan informasi, data,
fakta, ide, rangsangan yang dapat digunakan oleh guru dan murid dalam
berkomunikasi. Sember dapat berupa barang cetak(buku, modul), bahan terekam
(kaset audio), bahan tersiar (radio, TV), manusia sumber, dan pengaruh yang di
timbulkan oleh masing-masing jenis sumber tersebut.
Keterampilan
guru memenfaatkan aneka ragam media dan sumber secara tepat guna dan layak
dapat membangun suasana belajar-mengajar yang menarik, menantang, menyenangkan,
dan mengasikkan. Untuk itu guru sebaiknya terampil dalam memilih,
menyelesaikan, menggunakan dan bila mungkin mengolah kembali media dan sumber
sesuai kebutuhan.
3) Variasi
Pola Interaksi Dan Kegiatan
Pola
interaksi dari guru dengan murid dalam kegiatan belajar-mengajar sangat
beraneka ragam, mulai dari yang didominasi guru sampai kegiatan yang dilakukan
sendiri oleh murid. Proses belajar murid harus di artikan sebagai aktifitas
individu dalam membangun pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman belajar
yang baik dan bermakna adalah pengalaman belajar yang dibangun melalui aneka
ragam pola interaksi dan kegiatan yang sengaja dikembangkan oleh guru. Oleh
karena itu guru harus menguasai pola interaksi dan kegiatan.
Bila
dilihat dari jumlah peserta murid dalam suatu kegiatan belajar dapat berupa
kegiatan perorangan, pasangan, kelompok kecil, kelompok besar, dan secara
klasikal. Pola interaksi yang bisa terjadi pada setiap jenis kegiatan tidak
selalu sama. Jenis pola interaksi tersebut adalah:
a)
Pola
interaksi perseorangan (pola INPERS)
b)
Pola
interaksi pasangan (pola INPAS)
c)
Pola
interaksi kelompok kecil (pola INKK)
d)
Pola
interaksi kelompok besar (pola INKB)
e)
Pola
interaksi klasikal (pola INKLAS)
Bila
dilihat dari kegiatannya terdapat beberapa jenis yang dapat digunakan dikelas
antara lain:
a)
Membaca
b)
Menggunakan
lembar kerja
c)
Bercerita
d)
Berdialog/berdiskusi
e)
Mengadakan
percobaan
f)
Mendengarkan
kaset/radio
g)
Bernyanyi
h)
Mengamati
lingkungan
3.
Bagaimana Mengelolah Kelas PKR Dengan
Baik
Kelas
PKR memerlukan perhatian yang lebih dari kelas biasa, karena karakteristik
pembelajaran dalam PKR jauh lebih beragam daripada di kelas biasa. Tetapi
tuntutan pedagogisnya sama yaitu iklim kelas yang perlu diciptakan harus
memungkinkan murid dapat memanfaatkan waktu belajar secara efektif.
Untuk
dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang memungkinkan optimal
kualitas pembelajarannya dan keterlibatan murid, perlu pengelolaan kelas yang
baik. Keterampilan mengelolah kelas mencakup kemampuan guru untuk:
a. Menciptakan
dan Memelihara Situasi Kelas yang Optimal
Situasi
kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk mendorong
murid melakukan tugas-tugas dan waktu yang digunakan oleh murid untuk
melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan situasi tersebut
guru sebaiknya terampil dalam:
1)
Menanggapi
dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi
belajar-mengajar. Misalnya, bila ada murid yang bercerita sendiri.
2)
Memeratakan
perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun verbal. Bicara dengan
jelas sehingga semua murid bisa mendengarkan arahan dan pandangan guru kesemua
murid.
3)
Memberikan
penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga murid-murid memahami tugas dan
peranan serta tanggungjawabnya dalam kegiatan belajar mengajar.
4)
Member
teguran dengan arif bila melihat terjadinya perilaku menyimpang dari murid.
Teguran yang kasar bukan saja tak efektif, tetapi dapat melukai perasaan murid.
5)
Memberikan
penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai dengan
keperluan dan situasi secara wajar. Berikan pujian terhadap perilaku yang baik
untuk mendorong munculnya perilaku baik lebih sering muncul.
b. Mengendalikan
Kondisi Belajar yang Optimal dan Mengatasi Perilaku Murid yang Menyimpang.
Bila ada
murid yang berperilaku menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi harus
dikendalikan. Hakekat belajar adalah perubahan, maka bila anda melihat adanya
perilaku menyimpang harus segera kita ubah menjadi perilaku yang baik.
Mengubah perilaku menyimpang dapat dilakukan
dengan cara:
1)
Mengajarkan
dan member contoh perilaku yang diinginkan.
2)
Menguatkan
perilaku yang baik dengan pujian yang wajar
3)
Member
hukuman dengan cara yang benar dan wajar terhadap perilaku menyimpang.
Dalam
upaya mengatasi perilaku yang menyimpang ada sejumlah teknik yang dapat
digunakan yaitu:
1)
Mengabaikan
sementara yang direncanakan.
2)
Melakukan
campur tangan dengan isyrat
3)
Mengawasi
dari dekat.
4)
Menerima
perasaan negative dari murid
5)
Mendorong
murid mengungkapkan perasaannya.
6)
Menjauhkan
benda-benda yang dapat mengganggu.
7)
Menghilangkan
ketegangan dengan humor.
8)
Mengatasi
penyebab gangguan.
9)
Membatasi
secara fisik.
10) Menjauhkan pengganggu.
C.
ANEKA
MODEL INTERAKSI KELAS DALAM PKR
Kegiatan inti dalam PKR model 221, 222,
dan 333 dengan jelas mempersyaratkan pemanfaatan aneka ragam proses belajar.
Untuk itu setiap guru PKR perlu memahami dan dapat menerapkan aneka model
pembelajaran. Dengan cara itu anda sebagai guru PKR akan lebih siap dan lebih
percaya diri. Murid-murid akan merasa senang untuk mengikuti pelajaran kelas
rangkap.
Salah satu unsur penting dalam
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penerapan aneka model pembelajaran.
Unsur penting kedua dalam pembelajaran efektif adalah luas dan bermaknanya
keterlibatan murid dalam proses belajar. Untuk ini pun kita memerlukan penguasaan
aneka pelajaran.
Baiklah marilah kita mengkaji ciri-ciri
pokok pada setiap model dan keterlaksanaannya model tersebut dalam
pembelajaran. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan. Format atau model pembelajaran tersebut antara lain adalah:
1.
Proses
Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
2.
Proses
Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) yang meliputi:
a.
Olah
Pikir Sejoli (OPS)
b.
Olah
Pikir Berebut (OPB)
c.
Konsultasi
Intra Kelompok (KIK)
d.
Tutorial
Teman Sebaya (TTS)
e.
Tutorial
Lintas Kelas (TLS)
f.
Diskusi
Meja Bundar (DMB)
g.
Tugas
Diskusi dan Resitasi (TDR)
h.
Aktivitas
Tugas Tertutup (ATTu)
i.
Aktivitas
Tugas Terbuka (ATTa)
Untuk masing-masing model akan
disajikan urutan langkah-langkahnya dan saran penggunaan dalam PKR.
1. Proses
Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
Langkah-langkah
Kategori
Kegiatan
|
Bentuk
Kegiatan
|
Penyelesaian
|
· Menemukan informasi esensial
· Membuat catatan tentang hal yang
penting
· Mengeksplorasikan ide pokok
|
Pemahaman
|
· Melihat bahwa lebih awal
· Meggunakan bahasa isyarat kontekstual
· Mencari sumber bahan
|
Penguatan
Ingatan
|
· Mengkaji ulang bahan
· Mengingat butir penting
· Mengetes sendiri
· Merancang cara belajar sendiri
|
Penjabaran
Lanjutan
|
· Bertanya pada diri sendiri
· Membentuk citra sendiri
· Menarik analogi dan metapora
|
Pengintegrasian
|
· Mengungkapkan sendiri
· Membuat ilustrasi atau diagram
· Menggunakan banyak sumber
· Mengaitkan dengan pengetahuan yang
dimiliki
· Menjawab permasalahan sendiri
|
Pemantauan
|
· Mengecek apa yang telah dikuasai
· Menyadari kekuatan dan kelemahan diri
sendiri
|
Model
ini digunakan sebagai model belajar mandiri. Belajar mandiri bisa dilakukan
secara perorang atau kelompok. Belajar mandiri adalah mencari dan mengolah
informasi atas dasar dorongan belajar dari dalam diri. Maksudnya murid tanpa
menunggu datangnya tugas dari orang lain.
Peran
guru dalam model ini benar-benar sebagai pengarah dan pemberi kemudahan dalam
belajar bagi murid. Dalam hubungan ini guru bertugas memelihara kelangsungan
belajar. Keberhasilan belajar sebagian besar terletak pada berhasil tidaknya
PBAS dibiasakan di lingkungan sekolah.
2. Proses
Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS)
yang
meliputi:
a. Olah
Pikir Sejoli (OPS)
Model ini mempunyai langkah-langkah
pelaksanaan sebagai berikut;
Tahapan
|
Rincian Kegiatan
|
1
|
· Murid menyimak pertanyaan yang
diajukan oleh guru
|
2
|
· Semua murid diberi kesempatan untuk
memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut
|
3
|
· Guru memberi isyarat agar murid
secara berpasangan duduk untuk mendiskusikan jawaban yang telah dipikirkan
sendiri dan merumuskan jawaban mereka.
|
4
|
· Masing-masing pasangan dimint untuk
menyampaikan jawabannya dalam diskusi kelas dengan bimbingan guru
|
Model
ini memiliki ciri pada komunikasi banyak arah secara bertahap. Tahap pertama
dan kedua mewadahi komunikasi satu arah yaitu guru-murid. Tahap ketiga mewadahi
komunikasi timbal balik dalam kelompok kecil dua orang sebagai persiapan
komunikasi banyak arah pada tahap keempat. Pada dasarnya model ini memiliki
tujuan membina kerjasama dan komunikasi sosial. Dalam penggunaanya model ini
guru berperan sebagai moderator, pengatur dan manager atau pengelola kelas.
b.
Olah Pikir Berebut (OPB)
Model ini memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
Tahapan
|
Rincian Kegiatan
|
1
|
· Guru mengajukan pertanyaan yang
meminta banyak jawaban
|
2
|
· Murid secara perorangan berfikir dan
selanjutnya memberi jawaban secara lisan
|
Model
ini termasuk ke dalam proses mengemukakan pendapat yang dirangsang dengan
pertanyaan menyebar dan memiliki kemungkinan banyak jawaban. Tujuan dari model
ini adalah untuk melibatkan sebanyak mungkin murid dalam menggali jawaban dari
murid, untuk mengemukakan pendapatnya. Peran guru yang utama adalah sebagai
penanya, moderator dan manager kelas.
c.
Konsultasi Intra Kelompok (KIK)
Model ini memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
Tahapan
|
Langkah
|
1
|
· Murid diminta menyiapkan alat tulis
di tempat dan di atas meja masing-masing.
|
2
|
· Satu orang untuk setiap kelompok
diminta membacakan pertanyaan pertama dari beberapa pertanyaan yang telah
disiapkan
|
3
|
· Semua murid berusaha untuk menjawab
pertanyaan dari buku yang tersedia atau dari hasil diskusi kelompok
|
4
|
· Murid yang tidak bertugas membaca
pertannyaan pada setiap kelompok ditugasi untuk mengecek apakah murid dalam
kelompok lain mengerti maksud pertanyaan yang diberikan dan menyepakati
jawaban yang diberikan.
|
5
|
· Bila telah dicapai kesepakatan mengenai
jawaban atau pertanyaan itu. Semua murid mengambil alat tulis dan menuliskan
jawaban dengan kata-kata sendiri pada buku catatan masing-masing
|
6
|
· Meneruskan kegiatan untuk pertanyaan
ke 2 dan seterusnya sampai merata keseluruhan murid dalam masing-masing
kelompok.
|
Tujuan
model ini adalah untuk mengembangkan kemampuan dan kebiasaan saling membagi ide
dan membuat kesempatan bersama mengenai suatu hal serta menuangkan hasil
kesepakatan itu dengan bahasa sendiri. Model ini mungkin lebih cocok digunakan untuk
kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar
d. Tutorial
Teman Sebaya (TTS)
Model ini memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
Tahapan
|
Langkah
|
1
|
· Pilihlah murid yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata
|
2
|
· Berikan tugas khusus untuk membantu
temannya dalam bidang tertentu
|
3
|
· Guru selalu memantau proses saling
membantu tersebut
|
4
|
· .Berikan penguatan kepada kedua belah
pihak agar murid yang membantu dan yang dibantu merasa senang
|
Model
ini dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan saling membantu antar
teman sebaya. Hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan program tutorial
ini adalah sebagai berikut:
1.
Mulailah
dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.
2.
Jelaskan
tujuan itu kepada seluruh murid
3.
Siapkan
bahan dan sumber belajar yang memadai
4.
Gunakan
cara yang praktis
5.
Hindari
kegiatan yang bersifat mengulang yang telah dilakukan oleh guru
6.
Pusatkan
kegiatan tutorial kepada keterampilan pikiran yang diminta di kelas.
7.
Berikan
latihan singkat mengenai kegiatan yang akan dilakukan tutor
8.
Lakukan
pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutorial
e. Tutorial
Lintas Kerja (TLK)
Model ini memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
Tahapan
|
Langkah
|
1
|
· Pilihlah murid yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata
|
2
|
· Berikan tugas khusus untuk membantu
murid adik kelasnya
|
3
|
· Guru selalu memantau proses saling
membantu antara murid
|
4
|
· .Berikan penguatan kepada kedua belah
pihak agar murid yang membantu dan yang dibantu merasa senang
|
Model
ini digunakan secara lintas kelas. Murid yang lebih tinggi dan mempunyai kepandaian
ditugasi untuk membantu kelompok murid kelas dibawahnya. Misalnya murid kelas
VI membantu murid kelas V atau kelas V.
f. Diskusi
Meja Bundar (DMB)
Model ini memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
Tahapan
|
Langkah
|
1
|
· Murid dibagi kedalam kelompok kecil
berjumlah 3-4 orang
|
2
|
· Pelaksanaan diskusi kelompok murid
|
3
|
· Pelaporan hasil diskusi murid
|
Model
ini dirancang untuk membangun keterampilan mengemukakan ide secara tertulis
melalui situasi kerja kelompok. Model ini hampir sama dengan model OPB, hanya
dalam model OPB jawaban murid disampaikan secara lisan. Penggunaan model ini
lebih tepat di kelas IV keatas.
g. Tugas
Diskusi Resitasi (TDR)
Model ini memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
Tahapan
|
Langkah
|
1
|
· Pemberian tugas dari guru
|
2
|
· Pelaksanaan diskusi kelompok murid
|
3
|
· Pelaporan hasil diskusi murid
|
Model
TDR ini merupakan kombinasi dari metode pemberian tugas dan diskusi. Metode ini
cocok digunakan di kelas IV ke atas. Tujuan model ini mengembangkan
keterampilan akademis yang digapai melalui situasi kerja sama. Dalam model ini
guru berperan sebagai manager kelas dan nara sumber.
h. Aktifitas
Tugas Tertutup (ATTu) dan Aktivitas Tugas Terbuka (ATTa)
Model
ATTu dan ATTa, tidak memiliki langkah-langkah khusus, karena itu berlaku
prosedur pemberian tugas biasa. Yang menjadi ciri khas dalam kedua model ini
ialah dalam sifat tugasnya. Tugas tertutup berbentuk tugas yang hanya
memerlukan satu jawaban yang benar. Sedang tugas terbuka berbentuk tugas yang
menuntut hasil yang beraneka ragam, misalnya membuat karangan.
Model
ini dapat digunakan untuk berbagai bidang studi. Dalam kelas PKR model ini
lebih tepat digunakan di kelas IV ke atas. Peran guru adalah sebagai narasumber
dan manager kelas. Tujuan dari model ini adalah melatih keterampilan berpikir
kognitif dan komunikasi secara tertulis.
Daftar Pustaka
Susilowati,
dkk. Pembelajaran Kelas Rangkap (Bahan
Ajar Cetak). Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar